Home » » Sikap Kekanak-Kanakan Segelintir Relawan Jokowi Beresiko Membuka Jalan Dictatorship

Sikap Kekanak-Kanakan Segelintir Relawan Jokowi Beresiko Membuka Jalan Dictatorship

Sikap Kekanak-Kanakan Segelintir Relawan Jokowi Beresiko Membuka Jalan Dictatorsheep
Sikap Kekanak-Kanakan Segelintir Relawan Jokowi Beresiko Membuka Jalan Dictatorsheep


Apa sih tugas utama relawan Jokowi paska pilpres 2014? Atau bagaimana sih semestinya sikap relawan Jokowi sejak mencuatnya berbagai skandal Basuki Ahok yang sangat mempengaruhi kewibawaan Jokowi sebagai seorang Presiden tersebut?

Pertanyaan ini menjadi sangat penting dan relevan mengingat akhir-akhir ini sebagian kecil relawan Jokowi sepertinya semakin menunjukkan sikap yang kurang simpatik dan berlebihan dengan “Main Lapor/Tukang Ngadu” ke aparat penegak hukum terhadap beberapa kelompok kritis kekuasaan. 

Segala sikap dan kebijakan Relawan Jokowi tentu akan berpengaruh langsung maupun tidak langsung  terhadap citra dan kewibawaan diri presiden Jokowi di mata rakyat. Sebagian kecil relawan betindak ceroboh dapat merusak existensi relawan keseluruhan, “Nila setitik merusak susu sebelanga”.

Kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2014 memang tidak terlepas dari kerja-kerja para relawan, namun seharusnya relawan hari ini sudah mentransformasikan diri sebagai kekuatan moral (moral force) bagi pemerintahan Jokowi dan negara.

Tugas relawan semestinya lebih fokus sebagai “Mata Dan Telingan” mengawal program kerja pemerintahan Jokowi agar agenda besar Nawacita dan Revolusi Mental dapat berjalan sukses dan sesuai harapan rakyat.

Dalam konteks mata dan telinga presiden bukan berarti mematai-matai rakyat sendiri sehingga  Negara cenderung bertindak subversif terhadap rakyatnya sendiri, kita tidak ingin kekuasaan yang diperoleh secara demokratis dan dijalankan menggunakan lembaga-lembaga demokratis dan proses demokrasi ini berubah dalam prakteknya menjadi kekuasaan yang "dictatorship" sebagaimana model maraknya kekuasaan dictator modern paska Revolusi Perancis dahulu.

Relawan Jokowi harus bijak dalam bersikap dan mengambil keputusan,. Keberadaan kelompok kritis kekuasaan jangan langsung di simpulkan sebagai upaya penghasutan, pencemaran nama baik, penghinaan terhadap simbol Negara, membully, apalagi latah menstigma makar hingga berujung Main lapor ke aparat penegak hukum. 

Mengelola Negara sebesar NKRI tidak bisa dengan sikap “Immature People” (kekanak-kanakan), mengelola NKRI harus dengan berdialog dan kerja keras, bukan menang-menangan dan mencari kambing hitam (tertuduh), harus pandai menangkap aspirasi kelompok kritis, bukan justru selalu pengen mengatur dan memperlembar konfrontasi dan perbedaan.

Munculnya berbagai kelompok kritis dimasyarakat justru perlu dicari akar masalah sebenarnya dan perlu disambut baik relawan Jokowi dengan intropeksi diri dan sebagai cambuk untuk bekerja lebih keras dan lebih baik.

Sejauh kelompok kritis masih sebatas kata-kata dan ungkapan kejengkelan spontanitas, bahkan tidak menunjukkan gelagat sistematis, bertahap, bertingkat dan berlanjut membahayakan Negara, maka tidak perlu disikapi berlebihan, apalagi kelompok kritis sekedar butuh saluran aspirasi, terusik ketidakadilan dan butuh dialog agar terwujud perubahan yang lebih baik dan akomodatif maka sudah seharusnya disikapi dengan proporsional bijak.

*Penulis pernah Berpartisipasi Sebagai Relawan Jokowi 2014


Contact Form