Home » , » Bahaya !!, Kelakuan Ahok Memunculkan Perlawanan Kaum Santri dan Sentimen Antar Etnis (Tinjauan Sejarah)

Bahaya !!, Kelakuan Ahok Memunculkan Perlawanan Kaum Santri dan Sentimen Antar Etnis (Tinjauan Sejarah)


Bahaya !!, Kelakuan Ahok Memunculkan Perlawanan Kaum Santri dan Sentimen Antar Etnis (Tinjauan Sejarah)
Bahaya !!, Kelakuan Ahok Memunculkan Perlawanan Kaum Santri dan Sentimen Antar Etnis (Tinjauan Sejarah)

Berdasarkan data sejarah masuknya ajaran Islam Di Indonesia kira-kira Abad VII – XVIII terjadi melalui jalur perdagangan di Sumatera yang kemudian dalam perjalanannya melahirkan kerajaan Islam di Aceh yang bernama kerajaan Samudra Pasai di abad X - XIV (1444 M).

Kemudian pada Tahun 1399 M Islam masuk ke pulau Jawa dan berkembang pesat setelah beberapa ulama’ dan mubaligh aktif menyebarkan Islam yang terkenal dengan sebutan Walisongo. Dari etnis China juga muncul nama penjelajah dari negeri China yakni Laksaman Ceng Ho yang konon berjasa dalam keikutsertaan penyebaran Islam di Indonesia pada abad 15.

Diterimanya Islam sebagai ajaran baru di tanah Jawa waktu itu di yakini karena penyebaran Islam tampil sangat elegan tanpa mengusik seni dan budaya Hindu maupun Budha yang lebih dulu ada di tanah Jawa.

Tahun 1642, ketika berkecamuk Revolusi industri di dunia menyebabkan negara maju mencari lahan pemasaran dan sumber bahan baku industri serta beberapa kebutuhan hidup yang tidak diperoleh di negaranya (Kolonisasi), Salah satunya Negara Belanda yang kemudian masuk menguasai Indonesia dengan ditandai lahirnya VOC.

Penjajahan belanda di Indonesia dalam perjalanan panjangnya mendapatkan perlawanan dari kaum pribumi, pada Tahun 1825–1830 M dengan spirit pergerakan keagamaan lahirlah perlawanan terhadap Kolonial belanda yang dipimpin seorang ulama besar bernama Pangeran Diponegoro. Tahun 1880-1888 di Banten juga terjadi perlawanan terhadap kolonialis belanda oleh para petani Banten yang di pimpin Ulama besar bernama KH Abdul Karim,

Kemudian berlanjut pada tahun 1905-1917 M muncul organisasi modern bernama SDI (syarikat Dagang Islam) di Solo yang didirikan KH Samanhudi, pergerakan keagamaan yang lahir akibat adanya marginaliasi dan kesenjangan monopoli perdagangan oleh etnis China yang mendapat sokongan penuh dari pemerintahan Kolonial belanda.

Berdirinya SDI menginspirasi berdirinya organisasi-organisasi keagamaan lainnya pada fase selanjutnya, seperti Muhammadiyah, NU, Dsb. bahkan pada fase selanjutnya berdiri juga partai-partai politik modern berdasar spirit keagamaan.

Selain itu paska berdirinya SDI juga berdiri Organisasi yang bercorak Nasionalis pada Mei 1908 di Batavia yang bernama Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo. Organisasi ini juga pada fase selanjutnya menginspirasi berdirinya organisasi-organisasi dan partai politik berdasarkan spirit nasionalisme kebangsaan.

Di era kemerdekaan 1945, peran ulama dan kaum Nasionalis sangat mewarnai berdirinya kemerdekaan RI, walaupun terkadang muncul sedikit ketegangan antar mereka namun pada prinsipnya mereka sama-sama bertujuan mewujudkan kemerdekaan Indonesia dari cengkeraman penjajahan Kolonialisme belanda.
.
Munculnya Fatwa jihad dengan teriakan Allahu Akbar yang digelorakan Bung Tomo lewat radio ketika mengusir penjajah Belanda dan Inggris dari Surabaya pada 10 November 1945 membuktikan kaum nasionalis dan para santri dalam sejarahnya juga bersama-sama melawan kolonialisme belanda di bumi Indonesia ini.

Beberapa etnis china dalam sejarah pra kemerdekaan Indonesia juga terlibat dalam pergerakan Indonesia, seperti saat Sumpah Pemuda Tahun 1928 ada nama-nama Keww Thiam Hong,Oey Kay Siang,John Lauw tjoan Hok,Tjio Djien Kwie serta Johan Muhammad Tjia. Selain itu ada juga Oei Tiang Tjoei, Liem Koen Hian, Oei Tjong Hauw dan Tan eng hoa yang merupakan anggota BPUPKI yang diketuai bung Karno.

Sejarah Umat Islam, Kelompok Nasionalis, dan beberapa tokoh etnis China di Indonesia mempunyai cerita sejarah panjangnya tersendiri yang sama-sama berjuang mewujudkan berdirinya NKRI pada tahun 1945, walaupun ada beberapa pihak yang menilai keberadaan etnis china di Indonesia sangat sedikit perannya dalam mewujudkan kemerdekaan NKRI tersebut.

Pasang surut dan Ketegangan atau konflik antar etnis di bumi Indonesia antara kaum pribumi dengan etnis China memang sudah ada sejak zaman pra kemerdekaan, hal ini dikarenakan adanya pengkotak-kotakkan kewarganegaraan oleh penjajah belanda waktu itu yang menyebut orang Eropa atau Belanda sebagai golongan warga Negara kelas I, orang timur asing China termasuk India dan Arab sebagai warga Negara kelas II, dan kaum pribumi sebagai warga Negara kelas III.

Ketegangan dan konflik antar etnis di Indoesia berlanjut hingga paska kemerdekaan, terjadinya huru hara peristiwa 1965 menjadikan etnis china menjadi salah satu sasaran kemarahan rakyat pribumi karena dianggap dekat dengan idiologi komunisme di Indonesia.

Begitupun juga ketika terjadi huru hara reformasi 1998, etnis china menjadi sasaran kemarahan rakyat pribumi akibat sentimen etnis dan kesenjangan ekonomi yang lebar jaraknya.

Singkat cerita, hubungan antara etnis China dan pribumi di Indonesia memang mengalami masa-masa pasang surut tersendiri.

Momentum reformasi 1998 yang ditandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru menjadi angin segar tersendiri bagi etnis China keturunan Indonesia, mereka yang selama orde baru mengalami diskriminasi politik dan budaya berubah 180 derajat mendapatkan kesempatan yang sama dengan etnis pribumi untuk mendapatkan hak-hak kebebasan berpolitik dan menjalankan budaya mereka.

Gubernus DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok yang beretnis China menempati posisi politik sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta, ini membuktikan kebebasan dan semangat NKRI paska reformasi yang dibangun atas dasar multietnis state dapat terwujud dengan baik.

Namun banyak pihak menyayangkan, hadirnya kemajemukan dan demokratisasi paska Reformasi justru dirusak oleh Ahok sendiri yang notabene beretnis China.

Gaya kepemimpinan Ahok yang brutal dan anti kerakyatan sering membuat gejolak dimasyarakat. Apalagi kecerobohan Ahok yang dengan kasar menyinggung tradisi dan agama mayoritas rakyat membuat ancaman konflik yang berlatar belakang etnis dan keagamaan tersebut rawan terulang kembali.

Munculnya ketegangan dan kekacauan akibat ulah Ahok akhir-akhir ini sebenarnya bukan karena persoalan penistaan agama semata. Membaranya kasus penistaan agama oleh Ahok dikarenakan gaya kepemimpinan Ahok yang telah memantik bom waktu kemarahan publik sebagaimana analisis DR. Rizal Ramli.

Bahaya !!, Kelakuan Ahok Memunculkan Perlawanan Kaum Santri dan Sentimen Antar Etnis (Tinjauan Sejarah)
Bahaya !!, Kelakuan Ahok Memunculkan Perlawanan Kaum Santri dan Sentimen Antar Etnis (Tinjauan Sejarah)


Selama kepemimpinan Ahok di DKI Jakarta, Ahok telah melakukan banyak penggusuran terhadap orang-orang miskin di berbagai tempat dan tanpa kompensasi yang memadai seperti era Orba, kemudian kekuasaan Ahok juga berselingkuh dengan para pengembang property, banyak melakukan skandal keuangan, hingga bersikap arogan dan suka mengancam orang-orang yang berbeda dengannya, salah satunya ancaman pembunuhan terhadap para demonstran yang menentangnya.
 

Contact Form