Home » » Mewaspadai Curang Teriak Curang Ala Ahok

Mewaspadai Curang Teriak Curang Ala Ahok


Mewaspadai Curang Teriak Curang Ala Ahok
Mewaspadai Curang Teriak Curang Ala Ahok
Analisis;
Tokoh muda Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia beberapa waktu lalu pernah mengatakan jika Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok selama ini menggunakan strategi  “Maling Teriak Maling” dalam membangun citranya, begitupun pengamat hukum Andri Wijaya Kusuma yang mempunyai kesimpulan yang sama. Publikpun juga berkesimpulan sama soal strategi Ahok tersebut “Maling Teriak Maling”, Curang Teriak Curang”..

Ahok yang selama ini di citrakan bersih dan sukses pimpin DKI Jakarta faktanya bertolak belakang dengan berbagai kasus dan problem di ibukota.

Ahok terbelit banyak skandal kasus korupsi, mulai dari RS. Sumber Waras hingga kasus Reklamasi teluk Jakarta. Belum lagi prestasi Ahok yang faktanya setelah dikomparasi dengan berbagai data yang ada semuanya Hoax alias klaim sepihak Ahok beserta timnya, misalnya saja soal program “pengerukan” sungai (JEDI) faktanya mandek di era Ahok, maraknya penggusuran diera Ahok yang diklaim sebagai solusi menata Ibu Kota faktanya Lebih dari 60% penggusuran tdk diberikan solusi apapun, bahkan lebih dari 80% dilakukan sepihak tanpa musyawarah.

Ketimpangan ekonomi di era Ahok juga selalu di atas 0.4, Jakarta juga menjadi Kota paling macet di urutan 178 Negara, puluhan proyek-proyek pemerintah mangkrak, pengelolaan dana CSR tidak transparan, Informasi anggaran yang harus dipublikasikan hanya 8.33%, serapan anggaran pada 2015  hanya 72.11% dan terulang di 2016, Belum lagi mulut angkuh Ahok yang sering membuat ketersinggungan rakyat, salah satunya fakta kasus penistaan agama oleh Ahok yang mengancam keutuhan NKRI dan membebani presiden Jokowi, dsb. Lalu apa yang dibanggakan dari seorang Ahok?.

Rilis Survey LSI terkait Elektabilitas Ahok-Djarot yang 10,6 Persen menjadi bukti jika Ahok semakin tidak disukai rakyat, bahkan LSI meyakini jika Ahok tak akan mungkin lolos pada putaran ke dua, framing media yang utamanya gencar dilakukan metro TV dan media-media pendukung ahok lainnya faktanya tak berhasil. citra Ahok ambruk dihantam kasus Reklamasi dan Penistaan Agama.

Beberapa rilis dari berbagai lembaga survey yang merilis hasil berbeda-beda terkait elektabilitas Ahok telah membuka peluang dan dimanfaatkan Ahok dan timnya untuk sedikit bernafas lega, ratusan tim Ahok mengolah hasil rilis beberapa lembaga survey tersebut demi keuntungan pujaannya. Bahkan Ahok beserta Timnya terus membangun citra dirinya melalui lembaga survey yang dibiayai para taipan untuk me markup (menggelembungkan) elektabilitasnya tersebut.

Ahok beserta timnya mengolah hasil survey yang menyebut elektabilitas Ahok-Djarot masih berkisar 26% , sementara Agus-Sylvi 29% dan Anies-Sandi 25%,  sisanya swing voters (suara mengambang/galau).

Patut diduga modus Ahok membuat sedikit selisih atau setidaknya hampir sama dengan tingkat elektabilitas calon-calon lainnya adalah sebagai upaya Ahok dan timnya untuk melakukan kecurangan. Bagaimana mungkin elektabilitas Ahok mampu berada diurutan kedua (26%) jika tidak bertujuan untuk adanya skenario kecurangan?, padahal fakta dilapangan Ahok ditolak rakyat dimana-mana sampai harus dikawal 800 aparat bersenjata lengkap ketika kampanye. Belum lagi berbagai penolakan dari basis massa partai pendkung Ahok sendiri yang kian hari kian terang-terangan, seperti basis massa PDIP, Golkar, Hanura dan Nasdem.

Selain itu, mencuatnya isu dan skenario Rencana kesaksian Antasari, Nazaruddin dan Angelina Sondakh terkait korupsi keluarga Cikeas juga patut diduga hasil karya licik tim Ahok dalam rangka menyerang elektabilitas Agus – Silvy.

Tim Ahok melalui kekuatan medianya gencar melakukan framing media menyudutkan Agus melalui berbagai catatan kasus-kasus korupsi di era SBY. Ribuan pasukan Cyber Army yang biayai para taipan pro Ahok disebar untuk menyerang calon-calon lain penantang Ahok dan membentuk Opini publik dengan tujuan persepsi Agus sama dengan SBY, dan SBY sama dengan berbagai skandal kasus korupsi dimasanya

Selain itu, yang lebih patut di waspadai oleh publik adalah Para taipan pendukung Ahok yang kemungkinan akan menggunakan taktik Money Politic dan tawaran pragmatis lain kepada penyelenggara Pilkada, utamanya para anggota KPU DKI Jakarta dan lembaga-lembaga lain agar mendongkrak suara ahok. Termasuk diantara skenario memunculkan DPT ganda akibat buruknya data EKTP, suara rusak, intimidasi pemilih, kecurangan rekapitulasi suara mulai dari TPS, PPS dan PPK dan komputasi di KPUD, dsb.

Ada indikasi jika Ahok akan melakukan berbagai cara untuk memenangkan Pilkada DKI 2017 mendatang. Persoalan dikemudian hari paska kemenangan Ahok terjadi ketegangan atau bahkan Chaos (kekacauan) ditingkat akar rumput, bagi para Taipan dan Ahok itu tidak jadi masalah bagi ahok beserta timnya, karena mereka akan mengguanakan kekuatan uang yang tak terbatas tersebut untuk memulihkan keadaan dengan cara mendanai seluruh aparat keamanan secara All Out.

Untuk itu, sebaiknya para tokoh dan rakyat yang selama ini konsisten menolak Ahok untuk lebih hati-hati dan waspada, Ahok dengan segala kekuatan uang dibelakangnya jelas mampu beli apa saja, namun barangkali Ahok tak akan mampu  beli militansi dan kejernihan hati rakyat yang telah dibuktikan pada aksi 212 yang lalu.

Segala manuver dan skenario Ahok berserta timnya harus terus dipantau dan diawasi, sangat mungkin ketika Ahok menyatakan melihat adanya kecurangan DPT, justru Ahok beserta timnya sendiri yang sedang mempersiapkan kecurangan dalam bentuk lainnya, seperti indikasi upaya campur tangan persidangan dalam kasus penistaan agama Ahok  yang diduga ada tekanan campur tangan para Taipan dibelakangnya untuk meloloskan Ahok (maling teriak maling), umat Islam hanya menuntut keadilan hukum, sementara para Taipan pendukung Ahok lah yang mungkin mengintervensi proses Hukum Ahok. 

Kecurigaan ini bukannya tanpa alasan, pasalnya beberapa catatan terbukti berbagai manuver Ahok sering melakukan kecurangan, misalnya ketika dia ngotot enggan cuti ketika kampanye, kebohongan pengumpulan 1 juta KTP oleh teman Ahok, dsb. 

Jangan sampai potensi kecurangan ahok itu berjalan mulus dilapangan, karena jika sampai Ahok menang dengan berbagai kecurangan dilapangan tersebut maka dikhawatirkan chaos (kekacauan) besar bakal terjadi di Republik ini, dan yang rugi kita semua rakyat dan bangsa Indonesia.

Contact Form