Ingin Sukses Ekonomi Era Gus Dur, Cak Imin dan Para Kyai Akan Mendukung Capres Yang Bangkitkan Ekonomi Rakyat |
Muhaimin Iskandar atau yang akrab
di panggil Cak Imin blak-blakkan bicara soal kondisi ekonomi Indonesia yang terus
mengalami stagnasi (mandek) atau bahkan terjadi penurunan. Menurut Cak Imin dan
juga hasil diskusinya dengan beberapa kyai bahwa Indonesia kedepan butuh
pemimpin yang mampu memperbaiki kondisi ekonomi rakyat agar ekonomi rakyat
dapat terangkat, Khususnya para petani dan nelayan yang nota bene umat
Nahdliyin.
“Para kiai sepakat bahwa Indonesia
butuh perbaikan ekonomi dan umat perlu diangkat, khususnya kaum menengah
kebawah, termasuk para petani dan nelayan yang menjadi basis nahdliyin, ini
salah satu persoalan yang utama, dibutuhkan kerjasama untuk mencari solusi, tantangan
yang dihadapi bangsa ini kedepan adalah membangun ekonomi masyarakat menengah
kebawah, banyak warga nahdiyin yang termasuk dalam kelompok ini” pungkas Cak
Imin di Jakarta (11 /08/2018).
Selain itu Cak Imin juga menyoroti
daya beli kelas bawah yang rendah akhir akhir ini di bawah tim ekonomi sehingga
menyebabkan Indonesia terus tertinggal dengan negara-negara tetangga lainnya.
Padahal menurut Cak Imin jika saja tim ekonomi mampu meningkatkan daya beli dan
pertumbuhan ekonomi, maka Cak Imin yakin Indonesia akan mampu tumbuh dan dapat
mengejar ketertinggalan dengan negara-negara tetangga lainnya.
“Bila saja pendapatan dan
daya beli masyarakat meningkat, Saya yakin Indonesia akan tumbuh” tegas Cak Imin.
Rupanya ketegasan Cak Imin dan
beberapa kyai dalam menyoroti buruknya kondisi perekonomian beberapa dekade
terakhir ini mendorong Cak Imin bertanggung jawab secara politik untuk mencari
pemimpin nasional sebagai Calon Presiden yang mampu menyelesaikan kondisi
ekonomi bangsa, khususnya yang mampu mengangkat ekonomi rakyat dengan paham
ekonomi kerakyatan.
"Apa pun titah kiai,
itu demi dan untuk kebaikan bangsa. Yang penting saat ini saya justru sedang
minta petunjuk kiai, siapa calon presidennya yang harus kita dukung. Kita akan
memastikan dulu siapa calon presidennya dalam waktu dekat," kata Cak Imin
Memang pandangan Cak Imin
ini cukup beralasan, pasalnya beberapa dekade terakhir ini perekonomian
Indonesia tidak mampu bangkit karena terus memakai haluan ekonomi ala IMF dan Bank
Dunia, atau paska era pemerintahan Gus Dur berakhir ekonomi Indonesia mengalami
stagnasi berkepanjangan atau bahkan penurunan jika dibandingkan dengan laju
ekonomi bangsa-bangsa di Asia lainnya. Misalnya saja akhir-akhir ini kebijakan
tim ekonomi yang memakai rumus Bank Dunia tersebut seperti penumpukan utang,
pengetatan anggaran, dan penguberan pajak telah memperparah kondisi ekonomi
rakyat, pertumbuhan ekonomi hanya di kisaran 5 persen, sementara konsumsi
masyarakat rumah tangga hanya tumbuh 4,95 persen. Bahkan Saat ini, rasio
pembayaran utang (debt service) terhadap ekspor Indonesia sudah lampu kuning yakni
39 persen, padahal batas aman mestinya diangka 25 persen.
Padahal di era Gus Dur waktu
itu ( tahun 2000-2001) yang hanya berusia 21 bulan akibat gejolak politik, pertumbuhan
ekonomi naik dari minus (-) 3 persen di era Habibie ke level 4,9 persen di era
Gus Dur. Yang istimewanya lagi waktu itu era Gus Dur pertumbuhan ekonomi
berkualitas dengan koefisien gini ratio 0,31, terrendah sepanjang 50 tahun
terakhir dan juga satu-satunya pemerintahan yang mampu mengurangi utang sebesar
US$ 4,15 miliar.
Di era Gus Dur, harga beras juga
stabil, ketika masa paceklik gabah stok Bulog dilepas dan digiling di desa-desa
untuk mencegah kenaikan harga beras. Bulog dilarang impor beras, hanya swasta
yang boleh impor beras dan itupun dikenakan sedikit tarif (tanpa sistem kuota
seperti sekarang ini).
Senada dengan Cak Imin, Koordinator Forum Nahdliyin Bersatu Wilayah Jawa
Timur, Gus Salam Sokhib, juga menghendaki momentum yang telah lama dinanti
setelah Gus Dur diganti menjadi Presiden di tahun 2001 silam terulang kembali
untuk tahun 2019 mendatang.
"Tahun 2019 harus
dijadikan momentum oleh Nahdiyin setelah Gus Dur tak lagi menjadi presiden.
Nahdiyin harus solid” kata Gus Salam 10/2/2018.